Senin, 30 Juni 2014

Hippermoralitas dan Pemilu 2014


      Hippermoralitas dan Pemilu 2014

            Ironis memang, di tengah harapan masyarakat untuk tercipta pemilu yang damai dan tertib, kampanye terbuka oleh partai politik (parpol) justru banyak melanggar aturan dan menimbulkan masalah. Berbagai aturan Komisi Pemilihan Umum (KPU) seperti angin lalu. Semangat deklarasi kampanye berintegritas mulai kandas. Inilah potret kampanye menuju pemilu 2014 yang diwarnai berbagai pelanggaran-pelanggaran oleh parpol.
            Bahkan, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) memutuskan semua parpol melanggar kampanye pada hari pertama kampanye. Padahal sehari sebelumnya seluruh parpol telah menandatagani kampaye berintegritas Berintegritas berarti taat aturan, damai, bersih, demokratis (Harian Jogja, 18 Maret 2014).
            Pelanggaran seperti ini telah mencerminkan adanya hippermoralitas dalam proses kampanye, dimana parpol tidak bisa menentukan mana yang lebih baik dan mana yang kurang bermanfaat. Pelanggaran seperti politik uang misalnya, baik itu dalam bentuk bagi-bagi amplop, atau sembako sebagai penarik massa saat kampanye tentu akan merusak moral masyarakat. Selain itu konvoi kendaraan massa hanya akan mengganggu ketertiban umum dan berpotensi memicu konflik. Sudah seharusnya bagi parpol yang memiliki tanggungjawab moral mencegah hal-hal itu terjadi.
            Secara hukum, jelas pelanggaran tersebut bertentangan dengan bermacam aturan. Seperti halnya konvoi kendaran yang melanggar peraturan KPU No.15/2013. Pelibatan anak kecil yang notabene belum cakap hukum dalam kampanye, yang menyalahi Undang-undang No.23/2002 tentang perlindungan anak, dan masih banyak lagi.
            Lalu apa yang seharusnya dilakukan parpol dan capres untuk memperbaiki kondisi yang demikian? Adakah cara lain agar tercipta kampanye yang efektif dan efisien? Jawabannya : ada, memalui kampanye dialogis.
            Kampanye dialogis adalah kampanye yang langsung bertatap muka dengan masyarakat. Selanjutnya, kampanye dialogis bisa menjadi solusi hippermoralitas masyarakat yang memiliki banyak sisi positif. Baik bagi parpol berserta capres maupun bagi masyarakat.      
Pertama, meningkatkan elektabilitas partai. Kampanye dialogis memungkinkan komunikasi dua arah antara partai dengan masyarakat. Saling berdialog tentang visi-misi partai, tentang perubahan ke depan, sembari menampung aspirasi dan keluhan masyarakat. Hal ini lebih menyentuh dan tidak menutup kemungkinan akan menaikkan citra partai.
            Kedua, sebagai sarana pendidikan politik. Bertatap muka secara langsung, juga menjadikan masyarakat lebih melek politik. Dalam hal ini masyarakat mendapat wawasan politik yang mencerahkan, tidak saling sindir dengan lawan politik yang justru bisa menurunkan citra parpol maupun capres itu sendiri.
            Ketiga, minim pelanggaran. Tanpa harus menggunakan hiburan terbuka dan arak-arakan dengan massa ribuan jumlahnya, yang belum tentu simpatisan parpol itu sendiri. Kampanye dialogis dengan massa yang relatif sedikit, justru lebih efisien tanpa melanggar aturan dan menciptakan iklim kampanye yang lebih kondusif.
            Keempat, membentuk sikap kritis. Adanya diskusi program-progam dari berbagai parpol, bisa menumbukan nalar kritis masyarakat untuk menentukan siapa calon pemimpin yang benar-benar pro-rakyat. Akhirnya,dengan kampanye dialogis, terwujudlah kampanye yang santun dan bermartabat.
            Pesta demokrasi yang akan dirayakan lebih dari 250 juta rakyat Indonesia ini selalu menjadi bahan pembicaraan yang menarik, hingga muncul sebuah humor politik. Jusuf Kalla dalam sebuah dialog dengan guru besar di Fakultas Kedokteran UI menganalogikan pemilu seperti kompetisi musik. Parpol sebagai band sedangkan capres sebagai vokalis dari partainya masing-masing. Band beserta beserta vokalis harus terus mengasah kulaitas bermusiknya. Dalam artian, baik parpol maupun capres senantiasa meningkatkan kinerja partai, integritas, dan kompetensi kadernya. Sehingga semakin menarik simpati masyarakat.
            Selanjutnya, kita sebagai masyarakat bisa berpikir kritis dan anti apatis dengan pemilu yang kini tinggal menghitung hari. Gunakan hak pilih untuk memilih calon wakil rakyat yang kompeten, jujur dan bersih. Bukan yang sekarang obral janji, esoknya mengingkari. Selamat memilih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar