Hippermoralitas dan Pemilu 2014
Ironis
memang, di tengah harapan masyarakat untuk tercipta pemilu yang damai dan tertib,
kampanye terbuka oleh partai politik (parpol) justru banyak melanggar aturan
dan menimbulkan masalah. Berbagai aturan Komisi Pemilihan Umum (KPU) seperti
angin lalu. Semangat deklarasi kampanye berintegritas mulai kandas. Inilah
potret kampanye menuju pemilu 2014 yang diwarnai berbagai
pelanggaran-pelanggaran oleh parpol.
Bahkan, Badan Pengawas Pemilu
(Bawaslu) memutuskan semua parpol melanggar kampanye pada hari pertama
kampanye. Padahal sehari sebelumnya seluruh parpol telah menandatagani kampaye
berintegritas Berintegritas berarti taat aturan, damai, bersih, demokratis (Harian Jogja, 18 Maret 2014).
Pelanggaran seperti ini telah
mencerminkan adanya hippermoralitas dalam proses kampanye, dimana parpol tidak
bisa menentukan mana yang lebih baik dan mana yang kurang bermanfaat. Pelanggaran
seperti politik uang misalnya, baik itu dalam bentuk bagi-bagi amplop, atau
sembako sebagai penarik massa saat kampanye tentu akan merusak moral
masyarakat. Selain itu konvoi kendaraan massa hanya akan mengganggu ketertiban
umum dan berpotensi memicu konflik. Sudah seharusnya bagi parpol yang memiliki tanggungjawab
moral mencegah hal-hal itu terjadi.
Secara hukum, jelas pelanggaran
tersebut bertentangan dengan bermacam aturan. Seperti halnya konvoi kendaran
yang melanggar peraturan KPU No.15/2013. Pelibatan anak kecil yang notabene
belum cakap hukum dalam kampanye, yang menyalahi Undang-undang No.23/2002
tentang perlindungan anak, dan masih banyak lagi.
Lalu apa yang seharusnya dilakukan
parpol dan capres untuk memperbaiki kondisi yang demikian? Adakah cara lain
agar tercipta kampanye yang efektif dan efisien? Jawabannya : ada, memalui
kampanye dialogis.
Kampanye dialogis adalah kampanye
yang langsung bertatap muka dengan masyarakat. Selanjutnya, kampanye dialogis
bisa menjadi solusi hippermoralitas masyarakat yang memiliki banyak sisi
positif. Baik bagi parpol berserta capres maupun bagi masyarakat.
Pertama,
meningkatkan elektabilitas partai. Kampanye dialogis memungkinkan komunikasi
dua arah antara partai dengan masyarakat. Saling berdialog tentang visi-misi
partai, tentang perubahan ke depan, sembari menampung aspirasi dan keluhan
masyarakat. Hal ini lebih menyentuh dan tidak menutup kemungkinan akan
menaikkan citra partai.
Kedua, sebagai sarana pendidikan
politik. Bertatap muka secara langsung, juga menjadikan masyarakat lebih melek
politik. Dalam hal ini masyarakat mendapat wawasan politik yang mencerahkan,
tidak saling sindir dengan lawan politik yang justru bisa menurunkan citra
parpol maupun capres itu sendiri.
Ketiga, minim pelanggaran. Tanpa
harus menggunakan hiburan terbuka dan arak-arakan dengan massa ribuan jumlahnya,
yang belum tentu simpatisan parpol itu sendiri. Kampanye dialogis dengan massa
yang relatif sedikit, justru lebih efisien tanpa melanggar aturan dan
menciptakan iklim kampanye yang lebih kondusif.
Keempat, membentuk sikap kritis.
Adanya diskusi program-progam dari berbagai parpol, bisa menumbukan nalar
kritis masyarakat untuk menentukan siapa calon pemimpin yang benar-benar pro-rakyat.
Akhirnya,dengan kampanye dialogis, terwujudlah kampanye yang santun dan
bermartabat.
Pesta demokrasi yang akan dirayakan
lebih dari 250 juta rakyat Indonesia ini selalu menjadi bahan pembicaraan yang
menarik, hingga muncul sebuah humor politik. Jusuf Kalla dalam sebuah dialog
dengan guru besar di Fakultas Kedokteran UI menganalogikan pemilu seperti
kompetisi musik. Parpol sebagai band
sedangkan capres sebagai vokalis dari partainya masing-masing. Band beserta beserta vokalis harus terus
mengasah kulaitas bermusiknya. Dalam artian, baik parpol maupun capres senantiasa
meningkatkan kinerja partai, integritas, dan kompetensi kadernya. Sehingga
semakin menarik simpati masyarakat.
Selanjutnya, kita sebagai masyarakat
bisa berpikir kritis dan anti apatis dengan pemilu yang kini tinggal menghitung
hari. Gunakan hak pilih untuk memilih calon wakil rakyat yang kompeten, jujur
dan bersih. Bukan yang sekarang obral janji, esoknya mengingkari. Selamat
memilih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar